Monday, January 6, 2020

Hari pertama di Bali pas banget lagi Pilpres sebenernya kami pengen juga nyoblos tapi ternyata peraturannya hanya bisa nyoblos di alamat sesuai dengan KTP. Sebenernya boleh aja di tempat lain tapi harus mengurus surat A5. Yah otomatis karena kita juga ke Bali sebagai wisatawan dan gak mengurus A5 otomatis kita gak bisa ikut nyoblos di hari itu. Oke skip bahas coblosan, hari pertama dengan destinasi wisata pertama tujuan kita ke Kintamani tepatnya sih di Desa Penglipuran.


Jarak dari hotel kami ke desa penglipuran kurang lebih hampir 1.5 jam. Yang kita bayangkan 1.5 jam ini seperti halnya di Jakarta yang mana sebenarnya jaraknya tidak terlalu jauh hanya mungkin karena macet jadi memakan waktu lama. Ternyata tak seindah bayanganmu Ferguso, perjalanan 1.5 jam ini bener-bener asli 1.5 jam dengan perjalanan mulus lewat jalan utama yang lengang dan lancar. Kalau kalian orang Jawa Timur sebagai pandangan ya kurang lebih seperti menempuh perjalanan dari Malang-Sidoarjo. Kami berangkat jam 9 karena rental motor menginformasikan kalau mereka mau nyoblos dulu jadi diundur sekitar jam 9 baru bisa dianter motornya. Dari awalnya jam 8 otomatis jadwal kita juga mundur sejam dari rencana awal. Sebagai warga negara yang baik kami maklumi dan minta mereka agar jam 9 sudah dianter motornya. Jam 9 motor sampai di hotel dan ternyata salah satu helm yang diberikan tidak ada penutup kacanya. Dengan pertimbangan perjalanan kami yang sangat-sangat jauh dan kondisi helm tidak cukup safety jadi kami putuskan mengontak pihak rental untuk menukar helm. Sebelum menukar helm kami cari sarapan di dekat hotel yang sudah direkomendasikan oleh sopir grab semalam "Nasi Pedas Bu Andhika".




Setelah itu barulah kita kontak pihak rental motor untuk konfirmasi alamat penukaran helm. Kalau dari maps sih tidak terlalu jauh posisinya ada di Denpasar dan itu dari posisi kami sekitar 10 menit perjalanan. Berbekal maps dan alamat yang dishare bagai drama disiang bolong kita nyasar ke gang buntu padahal alamat yang dishare di whatsapp sudah sesuai. Akhirnya telponlah ke pihak rental untuk alamat nama jalannya dan ancer-ancer jelasnya. Akhirnya sampai juga, estimasi yang tadinya 15 menit jadi setengah jam karena muter-muter nyari alamat. Tukar menukar helm kelar lanjutlah set route maps ke tujuan sebenernya.

Sambil otw ke Penglipuran isi bensin dulu sekitar 20 ribu full tank karena dapetnya motor matic jadi isi bensinnya paling pol cuman 20 ribu. Perjalanan hari itu sangat panas, langitnya sih mendung tapi hawanya panas banget gak ada angin kecuali motornya jalan baru dapet angin. Kita melewati jalanan protokol Ngurah Rai karena pilih rute tercepat dan maps tertulis 1.5 jam perjalanan lewat jalan utama. Seperti yang udah di singgung sebelumnya kalau perjalanan ini asli 2 jam tanpa macet dengan kondisi jalanan lebar seperti jalan tol. Bayangkan itu panasnya pantat selama 1.5 jam perjalanan. wkwkwk tapi memang kalau gk ada drama perjalanan itu kurang seru ya. Pas lagi di tengah jalan saat itu motor melaju kencang otomatis angin bertiup juga makin kencang sempat itu yang namanya topi lebar jatoh di jalan. Taraaaa..... puter baliklah kami nyari puteran dan itu posisinya jauh banget baru nemu puteran. As your information jalanannya cuman satu arah jadi kalau mau puter balik harus nyari puteran dulu. Sempat kami bertanya-tanya jauh banget ini perjalanan. Sampai yang namanya Bali Safari dan Marine Park aja udah kelewat. Masuk ke daerah Bangli, itu daerahnya asri banget dan hawanya udah mulai dingin karena masuk daerah dataran tinggi. Rumah-rumahnya juga masih banyak yang bentuk rumah tradisional, jarak antar rumah lumayan jauh, banyak dikelilingi pohon-pohon dan perkebunan mungkin kalau malem ya lumayan ngeri juga lewat situ. Apalagi banyak banget anjing liar yang berlalu lalang di jalanan. Kalau di daerah lain banyak banget kucing liar Nah, kalau di Bali popularitas anjing yang lebih dominan. Mereka banyak banget di pinggir jalan bahkan bersliweran gituloh nyeberang dengan santainya jadi buat pengendara ya be aware aja. Oh ya daerah Bangli ini kalian bakal menjumpai banyak kebun jeruk sepanjang perjalanan ke arah Penglipuran. Kebetulan juga saat itu pas musim jeruk jadi buahnya udah kuning-kuning gitu mungkin juga udah siap dipanen.

Setelah 1.5 jam perjalanan, pukul 11.45 sampailah kami di destinasi pertama kami di hari ke 1. Sebagai informasi aja Penglipuran adalah salah satu desa adat dari Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, Indonesia. Desa ini terkenal sebagai salah satu destinasi wisata di Bali kerena masyarakatnya yang masih menjalankan dan melestarikan budaya tradisional Bali di kehidupan mereka sehari-hari. Desa Penglipuran dinobatkan sebagai salah satu desa terbersih di dunia.



Nama Penglipuran berasal dari kata pengeling, dari kata dasar ”eling” yang berarti mengingat dan ”pura” yang artinya tanah leluhur. Waktu pertama kali masuk desa ini memang aura adatnya masih kental sekali. Dan jangan ditanya dimana-mana bau dupa atau kemenyan kalau kata orang Jawa. Di setiap komplek rumah pasti memiliki pura kecil sebagai tempat sembahyang, balai untuk kegiatan berkumpul, dapur yang sederhana, lumbung, dan juga kamar tidur.




Pintu masuk tiap rumah didesain dengan bentuk yang sama, biasa disebut angko-angko. Sepanjang jalan di desa ini berjejer pohon kamboja dan disediakan tempat sampah organik dan non organik bagi pengunjung untuk membuang sampah. Desa ini memang sangat bersih makanya dinobatkan jadi desa terbersih. Berhubung istri mas bojo ini doyan foto ya happy banget diajak ke tempat macam begini.







Desa ini juga di kelilingi oleh hutan bambu yang dikenal dengan Bamboo Forest. Kalau kalian punya waktu lebih bisa explore ke Bamboo Forest ini. Banyak banget spot fotogenik di daerah ini.
Bahkan jalanannya pun kalau dipake foto bagus banget, instagramable kalau kata anak kekinian sih. Kalau ingin membeli oleh-oleh khas desa ini bisa masuk ke beberapa rumah di desa ini yang memang menjual pernak pernik kerajinan tangan. Saat itu saya belum tertarik untuk belanja jadi ya cukup lihat aja dari luar.



Explore di penglipuran lumayan lama sekitar 1 jam an dan waktu itu sempet mendung. Kalau mendung gitu mas bojo agak worry juga sih mau foto-foto karena kami kan bawa kamera mirrorless takut lembab kalau hujan. Ya walaupun kami juga udah sedia payung sih. Syukur alhamdulillah hujannya cuman gerimis kecil dan itu pun sekitar 5 menitan gak sampai malah.  Langit yang tadinya gelap mulai nampak kebiru-biruan jadi makin mantab nih viewnya buat foto-foto.


Jam 13.20 kami memutuskan untuk lanjut ke destinasi selanjutnya yaitu Pura Ulun Danu Batur. Sebenarnya tujuan kami bukan pura yang ini tapi Pura Ulun Danu Beratan yang ada di Bedugul yang jadi background di mata uang 50 ribuan itu loh. Tapi karena ada kesalahan informasi kita malah ke Pura ulun Danu Batur yang ada di Kintamani ini. Di perjalanan menunju ke Pura Ulun Danu Batur kami melewati  Penelokan Viewpoint yang terkenal dengan pemandangannya.  Oh ya Panelokan ini juga adalah nama desa di sana. Arti dari kata ‘penelokan’ sendiri dalam bahasa Bali adalah tempat untuk dilihat.  Arti ini sangat cocok dengan lokasi desa ini di mana pemandangan menakjubkan dari Gunung dan Danau Batur bisa dilihat dengan sangat jelas. Sebenernya kami gak sengaja lewat dan gatau kalau tempat inilah panelokan ViewPoint yang terkenal itu. Jadi waktu itu sepanjang jalan ini ramai banget dengan wisatawan lokal maupun internasional yang lagi foto-foto  pemandangan nah berhubung pas kita ngeliat oh ternyata pas lebih deket itu memang viewnya ciamik banget. Keliatan terpampang manjah itu Gunung dan Danau Batur. Masya Allah sungguh indah banget deh pemandangannya. Pas sekali cuacanya juga lagi cerah-cerahnya, awannya biru banget jadi makin jelas gunung Batur di depan mata kami. Di sepanjang area panelokan ini berjejer cafe/tempat makan yang menawarkan makan siang dengan view Gunung dan Danau Batur ini.



 




Berhubung kami kejar-kerjaran dengan waktu akhirnya kami putuskan skip makan siang dan niat kami mampir dululah di alf* atau ind* maret terdekat di panelokan ini. Mau charge manuasianya soalnya udah mulai laper kan udah siang juga, beli roti dan segala macem air minum itu biar gak pingsan. Lalu lanjut explore panelokan 10 menit buat foto-foto bentar karena harus nyari mesjid. Menurut info dari kasir alf* / ind* maret ada mesjid terdekat sekitar 5 km dari situ. Langsung tanjap gas kita nyari-nyari tuh mesjid. Sebelum sampai di Mesjid kita disambut dengan gapura super besar bertuliskan Pura Ulun Danu Batur. Lebih seperti semacam komplek pura sih lebih tepatnya karena di area itu ada beberapa pura besar yang katanya ada 9 pura. Di dalamnya pun terdapat sebanyak 285 paviliun dan candi. Paviliun serta candi yang ada di pura ini pun dibangun secara khusus untuk penghormatan kepada dewa dan dewi kesuburan, air, seni dan lain-lain. Yup, pura ini memang termasuk salah satu pura besar yaitu terbesar kedua dan posisinya juga tepat ada dipinggir jalan besar jadi mudah sekali untuk dicari. Kita skip dulu untuk mampir karena tujuan prioritas kami saat itu mencari mesjid dulu baru ke pura. Ternyata posisi mesjid tak jauh dari Pura sekitar 10 menitan atau 2km an jaraknya.






Karena Day 1 ini terlalu panjang jadi dipecah menjadi 2 part ya..... Nantikan part selanjutnya
Day 1 Jelajah Bali Utara, Our Holiday Start, Let's Go !! (Part 2)

Komentar

Yenny's Story . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates